Bahasa:
  1. ID
  2. EN
Gangguan Kepribadian Paranoid: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
December 16, 2019
Orang-orang yang menderita gangguan kepribadian paranoid bisa menjadi manusia antisosial karena mereka tidak percaya kepada orang-orang di sekitarnya. Mereka sangat curiga dengan orang lain dan merasa dirinya terancam. Meskipun tidak ada obat untuk gangguan kepribadian paranoid, metode psikoterapi dapat membantu dalam meredakan gangguan ini secara alami.

Apa Itu Paranoid?

Arti paranoid adalah kondisi kronis yang ditandai oleh pola-pola pikiran, perilaku, dan fungsi yang mengganggu. Gejala paranoid biasanya mirip dengan skizofrenia paranoid dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan genetik antara kedua gangguan tersebut.

Penderita gangguan kepribadian paranoid berisiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi, penyalahgunaan zat, dan agorafobia – ketakutan terhadap suatu tempat.

Paranoid dalam bahasa Yunani kuno disebut paranoia. Paranoid artinya adalah gangguan mental yang diderita seseorang yang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya.

Jenis Paranoid

Setelah mengetahui apa itu paranoid atau arti paranoid, ketahui pula beberapa jenis paranoid. Istilah paranoid dalam psikiatri deskriptif klasik sering digunakan secara ambigu, merujuk pada berbagai proses klinis yang harus dibedakan dengan lebih jelas.

Gangguan kepribadian paranoid secara khusus terbagi menjadi tiga jenis, di antaranya.

  1. Paranoid dari rasa bersalah
  2. Paranoid dari rasa harga diri rendah
  3. Paranoid dari perasaan penganiayaan

Ketiga jenis ini berbeda secara deskriptif, dinamis, dan genetik. Perbedaan paling signifikan secara pragmatis karena perlakuannya berbeda untuk masing-masing jenis paranoid.

Penyebab Paranoid

Paranoid adalah gangguan kepribadian yang belum dapat diidentifikasi secara pasti. Tetapi para peneliti telah menduga ada hubungannya dengan faktor biologis dan lingkungan. Berikut penjelasannya:

1. Biologis

Menurut para peneliti, gangguan kepribadian paranoid lebih umum pada orang-orang yang memiliki salah satu keluarga yang menderita gangguan psikotik, seperti skizofrenia. Ini menunjukkan komponen genetik berisiko mengembangkan gangguan kepribadian paranoid pada seorang.

2. Lingkungan

Para peneliti telah memerhatikan pola signifikan trauma masa kecil pada orang dewasa yang menderita gangguan kepribadian paranoid. Trauma masa lalu ini di antaranya karena pelecehan, dikucilkan, atau kondisi rumah yang tidak stabil.

Kesimpulan yang mungkin adalah bahwa kombinasi biologis dan psikologis dapat memicu timbulnya gangguan tersebut, meskipun, tentu saja kondisi masing-masing individu adalah unik.

Faktor Risiko Paranoid

Meski penyebab gangguan kepribadian paranoid tidak diketahui secara pasti, tetapi faktor-faktor tertentu mungkin dapat meningkatkan risiko paranoid, di antaranya:

  1. Riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian paranoid atau penyakit mental lainnya
  2. Lingkungan keluarga yang kasar, tidak stabil atau bermasalah selama masa kanak-kanak
  3. Didiagnosis mengalami gangguan perilaku di masa kecil
  4. Variasi struktur otak dan kimia

Gejala Paranoid

Paranoid adalah gangguan pikiran, bukan cacat karakter. Penderita paranoid cenderung memiliki pemikiran palsu tentang dunia dan orang-orang di sekitarnya. Berikut adalah gejala paranoid yang dapat Anda Kenali:

1. Bias Konfirmasi

Penderita paranoid memikirkan orang yang mencurigakan dan mencari bukti secara intens untuk mengantisipasi. Dia tidak akan menerima argumen rasional kecuali untuk menemukan beberapa aspek atau sifat yang menegaskan pandangan aslinya.

2. Bias Perhatian

Media untuk bias konfirmasi seseorang adalah perhatiannya. Perhatian yang intens dan fokus orang yang mengalami paranoid sangat sempit.

Misalnya, seseorang dengan harga diri rendah sangat sensitif terhadap orang lain yang mengucilkannya. Ia terus mencari ciri-ciri seseorang yang mungkin tidak menyukainya.

3. Gangguan Pemikiran

Ketika melihat orang yang mencurigakan dan meyakininya berdasarkan beberapa bukti, ia enggan untuk menyerah.

Ketika dihadapkan dengan bukti baru, ia cenderung memperbaiki penilaian aslinya tentang kemungkinan keterangan alternatif.

4. Realitas yang Menyimpang

Orang paranoid memaksakan pandangan bias pada dunia nyata. Pemikirannya berubah dari kepercayaan menjadi bukti. Penderita paranoid biasanya mendengarkan dan memerhatikan hanya untuk petunjuk tertentu yang menarik baginya, mengikat keyakinan yang mencurigakan.

Misalnya, dalam percakapan dengan rekan kerja, ia salah memaknai karena ia gagal membaca yang tersirat, alih-alih berfokus pada apa yang ingin dilihatnya.

5. Delusi Penindasan

Orang yang paranoid menyalahkan orang lain dan mengartikan peristiwa hidup dengan menyalahkan orang lain. Misalnya, mereka mengartikan peristiwa negatif, seperti kehilangan pekerjaan dikaitkan dengan niat jahat orang lain.

Sisi lain dari delusi penindasan adalah kebesaran (grandiosity), yang berfungsi untuk mempertahankan diri dari kecemasan dan kerentanan. Dalam upaya untuk mengatasi harga diri yang rendah dan rasa takut bahwa tidak ada yang menyukainya, orang paranoid meyakinkan diri sendiri bahwa semua orang menyukainya.

6. Curiga yang Berlebihan

Curiga adalah pengganti ancaman atau ketegangan eksternal dengan ancaman internal yang dibantah seseorang. Misalnya, orang paranoid mungkin berpikir “Aku benci dia” menjadi “Dia membenciku.” Proses mental ini merupakan inti pemikiran orang paranoid.

Misalnya, orang paranoid yang telah melakukan kesalahan kecil pada pekerjaan akan mencari petunjuk ketidaksetujuan atau tidak suka dalam perilaku bosnya. Ketika dia menemukan tanda itu, antisipasi yang bias menjadi keyakinan tidak setuju.

7. Gagasan yang Dinilai Terlalu Tinggi

Gagasan yang dinilai terlalu tinggi adalah gagasan sederhana yang mirip khayalan, dan seringkali mengarahkan pada perilaku tertentu. Contohnya adalah mengetuk kayu untuk melindungi diri dari masalah.

Sementara contoh lainya, tidak sedikit orang meyakini bahwa makanan yang jatuh ke lantai sebelum 5 menit masih bisa dimakan. Salah satu aspek takhayul adalah gagasan pemikiran yang aneh, bahwa Anda seolah memiliki kendali atas semua hal.

8. Perasaan yang Keliru

Orang yang curiga bisa benar-benar dalam persepsinya dan pada saat yang sama benar salah dalam menurut pandangannya. Masuk akal adalah motivasinya yang mendalam, tetapi itu tidak sama dengan menjadi benar.

Menurut Michael Gazzaniga, bahwa tekanan untuk membenarkan tindakan seseorang mencerminkan pengoperasian “sistem penerjemah” di belahan otak (analitik) kiri.

Otak hanya memahami apa yang diinginkan seseorang. Apa yang membuat kita dalam kesulitan bukanlah apa yang tidak kita ketahui, tetapi apa yang kita tahu pasti tidak begitu.

Tidak ada artikel terkait